Rabu, 02 Maret 2016

NUTRISI BAGI SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

NUTRISI BAGI SISTEM IMUN
DAN HEMATOLOGI
Pendahuluan
      Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengindentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
      Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang baik
      Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin
      Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) mengurangi respon imun.
Imunitas/Kekebalan
Defisiensi
      Kalori à mudah terkena infeksi
     Protein à menurunkan fagositosis ( dengan zat bakteriolisin)
     Vitamin dan mineral à terhadap sel T, B, makrofag dan neutropil
Nutrisi yang berlebihan à mudah terkena infeksi
Gizi seimbang à imunitas baik 
      BERAT BADAN IDEAL
            (TB – 100) – (10% (TB – 100) )
•BERAT BADAN NORMAL ?
            10 % BBI ------ < BBI >------ 10 % BBI




Protein/ asam amino
PROTEIN
      Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus
      Protein memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan (imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon
      Kebutuhan harian yang direkomendasikan     : 0.81.0 gram/kg
      Stress rendah àPemeliharaan : 1.01.2 gram/kg
      Stress hipermetabolik: 1.52.5 gram/kg
      Gagal ginjal
      Tanpa dialisis : 0.61.0 gram/kg
      Dengan dialisis            : 1.22.7 gram/kg
      Kegagalan sistem hepatik parah: 0.51.5 gram/kg
GLUTAMIN
      Glutamin memiliki banyak peran dalam sistem imun, yaitu :
     sebagai prekursor sintesa nukleotida
     pertumbuhan sel T dan sel NK
      stimulasi ekspresi antigen permukaan
     pembentukan sitokin pro-inflamasi
     menjaga fungsi limfosit dan makrofag 
     sebagai prekursor antioksidan (glutation).
ARGININ
      stimulasi fungsi limfosit T
      pembentuk nitrit oksida
      meningkatkan volume timus
      memperkuat fungsi makrofag dan sel NK
      mempercepat penyembuhan luka
      Arginin juga memiliki efek sekretagog yaitu dapatmenstimulasi sekresi insulin, growth hormone, prolaktin, glukagon, somatostatin dan norepinefrin
TAURIN
      Konsentrasi taurin yang tinggi pada neutrofil diperkirakan memiliki peran dalam sistem imun.
      Taurin dapat mencegah kerusakan limfosit akibat radikal bebas dan memfasilitasi proteksi selular melalui proses stabilisasi membran
GLISIN
      Glisin merupakan sumber nitrogen terkondensasi yang berperan sebagai inhibitor neurotransmiter di medula spinalis dan batang otak.
      Glisin mempunyai efek sitoprotektif pada kondisi iskemik, hipoksik dan cedera reperfusi.
LEMAK
      Lemak merupakan komponen nutrisi penting terhadap penyediaan energi, dan mempertahankan osmolalitas dari formulasi enteral atau parenteral.
      Lemak merupakan pelarut beberapa vitamin larut lemak sertaberperan penting untuk ketersediaan asam lemak, linoleat, dan asam linolenat.
      Asamlemak esensial harus tersedia minimal 4% dari kilokalori dalam makanan untuk mencegah defisiensi.
      PUFA (polyunsaturated fatty acid ) berfungsi sebagai sumber energi, pembentuk membran dan mediator transmisi signal sel.
Omega-3 polyunsaturated fatty acid eicosapentaenoate (EPA) dan docosahexanoate (DHA) merupakan PUFA yang sangat berperan dalam sistim imun è mampu menekan systemic inflammatory response(SIRS).
      Efek anti inflamasi dari EPA dan DHA : menekan produksi eikosanoid proinflamasi (prostaglandin E2, leukotrien E4), kompetisi dengan asam arakhidonat dalam metabolisme enzim siklo-oksigenase dan lipoksigenase, menurunkan leukosit dan menghambat interaksi adhesi trombosit endotel


VITAMIN
Vitamin A
      Vitamin A diperlukan dalam maturasi, diferensiasi, dan proliferasi sel-T. Defisiensi vitamin A akan mengganggu barier mukosa dan fungsi dari neutrofil, makrofag dan sel NK, pergeseran dominasi sitokin Th-2 ke arah Th-1 sehingga mudah mengalami infeksi.

      Anak - anak dengan defisiensi vitamin A menunjukkan adanya metaplasia epitel, penurunan produksi mukus akibat berkurangnya sel goblet. Perubahan ini akan meningkatkan perlekatan bakteri, sehingga terbentuk kolonisasi bakteri dan akhirnya invasi mikroba patogen.
      Pemberian vitamin A terbukti meningkatkan imunoglobulin serum IgA dan IgG serta menurunkan sitokin inflamasi.
      Pemberian vitamin A 100.000-200.000 IU dosis tunggal terbukti memperbaiki fungsi fagositosis serta perbaikan fungsi sitotoksik makrofag
Vitamin B
      Vitamin B bermanfaat dalam sistem imun adalah vitamin B6, vitamin B12, asam folat dan niasin
      Vitamin B6 memberikan kontribusi dalam proliferasi limfosit, pembentukan jaringan limfoid dan dalam respon antibodi.
      Vitamin B12 berperan dalam augmentasi kinerja fagosit dan proliferasi sel T
      Asam folat bersama vitamin B12 dapat mempengaruhi sel NK.
      Defisiensi vitamin B12, B6, asam folat dan niasin, meningkatkan risiko kerusakan DNA dan lesi terkait stres oksidatif
Vitamin C
      Vitamin C merupakan regulator aktivasi sel imun untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel imun.
      Vitamin C berfungsi dalam sintesis nitrit oksida yang dihasilkan makrofag, regulasi fagositosis dengan menurunkan produksi radikal bebas dan peningkatan aktivitas sel NK
      Vitamin C juga mempunyai peran dalam sintesa kolagen untuk menjaga kesehatan kulit.
      Kulit adalah salah satu jaringan tubuh yang berperan di dalam imunitas non spesifik.
      Kulit yang utuh dan sehat dapat menjaga masuknya unsur patogen ke dalam tubuh.
      Kulit merupakan barier pertama yang menjaga masuknya benda asing sehingga mencegah terjadinya infeksi.
      Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti perdarahan dan bengkak di gusi, rasa nyeri pada persendian akibat konsentrasi vitamin C di plasma darah dan leukosit yang sangat rendah.
      Kekurangan Vitamin C akut menyebabkan scorbut dan seseorang dengan kondisi kekurangan vitamin C dapat menurunkan kekebalan selulernya
Vitamin D
      Vitamin D dikenal sebagai regulator homeostasis kalsium.
      Fungsi lain yang belum banyak diketahui adalah peranannya di dalam respon imun.
      Aktivitas vitamin D melalui reseptornya akan meningkatkan ekspresi gen yang bertugas mengkode reseptor-reseptor yang dapat mengenali struktur mikroba pada permukaan keratinosit yaitu CD-14, TLR-2 dan mempengaruhi maturasi sel T menjadi Th-2
Vitamin E
      Vitamin E (tocotrienol atau tocopherol) merupakan antioksidan kuat yang dapat membantu respon imun diperantai monosit/makrofag dan IL-2. Vitamin E dan antioksi dan lain meningkatkan sel CD4.
      Vitamin E banyak terdapat di membran sel è vitamin E mampu melindungi radikal bebas yang akan merusak membran sel yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
      Peranan vitamin E sebagai antioksidan yang melindungi membran sel secara langsung juga menjaga permeabilitas membran.
      Integritas membran sel ini sangat mempengaruhi fungsi imunitas terutama sel-sel imun utamanya sel T helper dalam berinteraksi dengan antigen presenting cell (APC).
      Kekurangan vitamin E umumnya menyerang sistem syaraf, otot, pembuluh darah dan sistem reproduksi, defisiensi ini biasanya terjadi karena adanya gangguan absorbsi lemak dan gangguan transpor lipida


MINERAL
Seng (Zinc)
      Seng (Zinc) merupakan komponen penting dalam regulasi ekspresi gen melalui perannya dalam transkripsi gen, pembelahan, diferensiasi, dan apoptosis sel.
      Seng dalam sistim imun berperan dalam barier mekanik (struktur dan fungsi epitel saluran cerna), sebagai antioksidan, dalam aktivitas timid kinase (berperan dalam poliferasi sel limfoid), thiomulin dan meningkatkan IgAs.
      Defisiensi imun akibat seng bervariasi mulai dari atrofi timus, limfopenia berat, penurunan fungsi sel B, sel T dan sel NK, penurunan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, penurunan produksi sitokinTh-1, IL-1, IL-2, IL-3, IL-4, IL-6 dan IFN-γ.
Besi
      Peran besi dalam imun adaptif meliputi aktivasi sel-T dan IL-2, sintesa enzim myeloperoxidase pada neutrofil dan sel NK.
      Aktivasi limfosit memerlukan besi karena besi berperan penting dalam kerja beberapa enzim diantaranya nukleotida reduktase yang terlibat dalam sintesis DNA.
      Pada keadaan defisiensi besi, transferin hanya mengikat sedikit besi yang akan mengganggu proliferasi, sebaliknya pada overload besi, saturasi transferin akan meningkat dan akan menghambat proliferasi limfosit.
Selenium
      Selenium mempunyai fungsi antioksidan melalui aktivitas enzim glutathion peroksidase yang memproteksi membran sel dan organel dari kerusakan peroksida dan berefek sinergis dengan vitamin C dan E.
      Selenoprotein (derivat selenium) merupakan komponen pertahanan tubuh yang mempengaruhi fungsi neutrofil, makrofag, sel NK dan limfosit T.
      Pada keadaan defisiensi selenium, limfosit kurang dapat berproliferasi, dan terjadi penurunan kadar IgG dan IgM.
Karotenoid dan Flavonoid
      Supementasi karotenoid dan flavonoid menyebabkan efek imunostimulator berupa peningkatan sel Th dan sel NK, reseptor IL-2.
      Penelitian menunjukkan kemampuan karotenoid mempengaruhi produksi sitokin yaitu TNF alfa dan IL-1, dan proliferasi sel T, demikian juga flavonoid mempengaruhi inflamasi, produksi sitokin, produksi limfosit dan granulosit.
Nukleotida
      Nukleotida merupakan prekursor dari DNA-RNA dan merupakan nutrien non esensial karena dapat disintesis secara endogen, tetapi dapat menjadi esensial pada kondisi klinis tertentu.
      Nukleotida berperan dalam sintesa protein, meningkatkan kinerja sistem imun, stimulasi pertumbuhan maturasi epitel saluran cerna serta pertumbuhan somatik.
      Aktivasi limfosit-T, IFN-ɣ, sitotoksisitas sel NK, IgM, produksi IL-2 dan penambahan kapasitas fagosit leukosit, merupakan fungsi imun yang termodulasi oleh nukleotida.
Probiotik
      Probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam makanan fermentasi yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh melalui peningkatan keseimbangan mikroflora dalam saluran cerna.
      Lactobacilli mempengaruhi insidensi infeksi dengan menstimulasi respon imun nonspesifik atau meningkatkan mekanisme imun humoral dan seluler.
      Efek stimulasi imun ini terbukti dapat mencegah infeksi rekuren pada anak-anak.
      Pada saluran cerna, agen probiotik ini dapat menginduksi kolonisasi dan mampu berkembang biak secara in situ di dalam lambung, duodenum, dan ileum.
      Secara umum mekanisme probiotik adalah sebagai perlindungan terhadap kolonisasi mikroba patologi dan perlindungan terhadap translokasi. Mekanisme ini meliputi kompetisi pada reseptor di permukaan saluran cerna, produksi substansi antibiotik, meningkatkan IgA dan stimulus sitokin. 
      Pada epitel ileum, mikoroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas imunomodulator, termasuk sel-sel CD4+ T-helper





Tidak ada komentar:

Posting Komentar