GLASGOW
COMA SCALE
Ø Glasgow
Coma Scala adalah Scala untuk mengukur kesadaran
Ø Glasgow Coma
Scale Coma Scale (GCS) adalah skala yang memberikan gambaran pada
tingkat responsif pasien dan dapat digunakan dalam mengevaluasi status
neurologik pasien
TINGKAT KESADARAN
- Compos
Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
- Apatis,
yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
- Delirium,
yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
- 4.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
- 5.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
- 6.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Penyebab Penurunan Kesadaran
Ø Penurunan
tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak.
Ø Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia);
kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti
diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ;
dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan:
hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan,
stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
PEMERIKSAAN GLASGOW
COMA SCALE (GCS)
PADA DEWASA
PADA DEWASA
INDIKASI
•
Klien
dengan riwayat trauma kepala
•
Klien
dengan strok
•
Klien
dengan masalah-masalah neurologis
MENILAI GCS (GLASGOW
COMA SCALE)
•
Ada
3 hal yang dinilai dalam penilaian
kuantitatif kesadaran yang
menggunakan Skala Coma Glasgow :
•
Kemampuan membuka kelopak mata (E : eye)
•
Kemampuan bicara (V : verbal)
•
Kemampuan motorik (M : motoric)
•
Ketiga
hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan.
Kemampuan
membukanya mata :
•
Periksalah
rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya.
•
Catatan:
Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.
•
Nilai
4 (spontan) : Dapat membuka mata sendiri secara spontan, misalnya sesudah
disentuh
•
Nilai
3 (atas perintah) : Membuka mata hanya bila diajak bicara atau dipanggil
nama atau diperintahkan membuka mata
•
Nilai
2 (terhadap nyeri) : Membuka mata bila diberi rangsang nyeri
•
Nilai
1 (tidak bereaksi) : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri
Kemampuan bicara
•
Respon
verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini
tidak berlaku bila pasien :
Ø Dispasia atau apasia
Ø Mengalami trauma mulut
Ø Dipasang intubasi trakhea (ETT)
Ø Nilai
5 (orientasi baik) : Berorientasi baik akan tempat, waktu dan orang
Ø Nilai
4 (jawaban kacau) : Jawaban yang kacau terhadap pertanyaan. Kata baik, kalimat
baik, tapi isi percakapan membingungkan
Ø Nilai
3 (kata-kata tidak berarti) : Seperti berteriak dan tidak menanggapi
pembicaraan orang lain, berbicara tidak jelas, kata-kata saja (misal “aduh….”,
“sakit….”)
Ø Nilai
2 (merintih/mengerang) : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya ada suara
rintihan/erangan
Ø Nilai
1 (tidak bersuara) : tidak
bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri
Kemampuan motorik
•
Catatan
: Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat, Tidak ada trauma
spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif.
•
Nilai 6 (menurut perintah) : Dapat
melakukan gerak sesuai dengan perintah
•
Nilai 5 (reaksi setempat) : Mampu
menunjuk tepat, tempat rangsangan nyeri yang diberikan
•
Nilai 4 (menghindar) : Dapat menghindari
rangsangan / menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri, tetapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan
tangannya
•
Nilai 3 (fleksi abnormal) : Bahu aduksi
fleksi dan pronasi lengan kebawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju
mengepal, bila diberi rangsang nyeri (decorticate rigidity)
•
Nilai 2 (ekstensi abnormal) : Bahu
aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan
tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri (decerebrate rigidity)
•
Nilai 1 (tidak bereaksi) : Tak ada
gerakan dengan rangsangan cukup kuat, sama sekali tidak ada respon
•
Cara
penulisannya berurutan E – V – M sesuai nilai yang didapatkan, contoh: E4V5M6.
Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V
dan M normal, maka penulisannya ExV5M6. Bila ada trakheostomi sedang E dan M
normal, penulisannya E4VxM5. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat
kesadaran pada anak di bawah 5 tahun.
Interpretasi Klasifikasi GCS:
•
Skor 14 – 15 : compos mentis
•
Skor 12 – 13 : apatis
•
Skor 10 – 11 : somnolent
•
Skor 8 – 9 : stupor
•
Skor ≤ 7 :
koma
Interpretasi Klasifikasi GCS:
•
14 – 15 :
CKR
•
9 – 13 :
CKS
•
3
– 8 : CKB
•
1. Usia 0-6 bulan : Respon verbal
terbaik pada usia ini adalah menangis, skor yang diharapkan adalah 2
•
2. Usia 6-12 bulan : Pada usia ini bayi
sudah dapat membentuk suara, skor yang diharapkan adalah 3. Bayi akan
melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan adalah 4.
•
3. Usia 12-24 bulan : Kata-kata yang
diucapkan sudah dapat dimengerti, skor yang diharapkan adalah 4. Bayi akan
melokalisir nyeri tapi tidak menuruti perintah, skor yang diharapkan adalah 4.
•
4. Usia 2-5 tahun : Kata-kata yang
diucapkan sudah dapat dimengerti,skor yang diharapkan adalah 4. Bayi sudah
menuruti perintah,skor yang diharapkan adalah 5.
•
5.
Usia diatas 5 tahun : Orientasi baik bila pasien mengetahui
bahwa ia di rumah sakit,skor verbal normal yang diharapkan adalah 5.
Skor normal
berdasarkan umur :
•
0-6 bulan 9
•
6-12 bulan 11
•
12-24 bulan 12
•
2-5 tahun 13
•
> 5 tahun 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar