Jumat, 22 April 2016

MAKALAH PSIKOLOGI MASA REMAJA DAN MASA ADOLESENSE


MAKALAH PSIKOLOGI
MASA REMAJA DAN MASA ADOLESENSE

Disusun Oleh: 



Irawati Ratnasari                                       (15150009)

PROGRAM STUDY DIII KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi tentang Masa Remaja dan Masa Adolesense ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.





                                                                        Yogyakarta, 31 Maret 2016
                                                                        Hormat kami,



                                                                                                Penulis                                                                                                                                                                                                                                                






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I             PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ....................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah ...............................................................1
1. 3 Tujuan ..................................................................................2
BAB II                        PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Masa Remaja ......................................................3
2.2  Fase Remaja .........................................................................3
2.3  Ciri –ciri Masa Remaja ........................................................4
2.4  Periode Masa Remaja ...........................................................5
2.5  Gejala yang Terjadi pada Masa Pubertas .............................6
2.6  Aspek – aspek Perkembangan pada Masa Remaja ..............8
2.7  Tugas perkembangan remaja ...............................................12
2.8  Pengertian Masa Adolesense ...............................................12
2.9  Perubahan-perubahan Adolesense .......................................12
2.10           Tipe-tipe Gadis Adolesense ...........................................14
BAB III          PENUTUP
3.1  Kesimpulan ...........................................................................16
3.2  Saran......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................17









BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang banyak mengalami perubahan untuk mempersiapkan segala tuntutan yang akan dihadapi di masa dewasa. Sejalan dengan hal itu, masa remaja merupakan masa yang paling rawan dalam pergaulan di mana emosi pada masa ini masih sangat labil. Para remaja mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan orang-orang yang berada dekat dengan lingkungan hidupnya.
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Sedangkan Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri.
1. 2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian masa remaja dan masa adolesense ?
2.      Apakah ciri-ciri, periode dan gejala pada masa remaja ?
3.      Bagaimana perubahan-perubahan pada masa Adolesense dan masa remaja ?

1. 3 Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui masa remaja dan masa adolesense.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian masa remaja dan masa adolesense.
b.      Mengetahui ciri-ciri, periode dan gejala pada masa remaja.
c.       Mengetahui Perubahan-perubahan pada masa Adolesense dan masa remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Masa Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity ( Golinko, 1984 dalam Rice, 1990 ). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja antara lain:
a.       Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
b.      Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai . Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
2.2  Fase Remaja
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Masa remaja ini meliputi :
a.       Masa pra-remaja 10 – 12 tahun.
b.      Masa remaja awal 13 – 15 tahun.
c.       Masa remaja pertengahan 16 – 18 tahun.
d.      Masa remaja akhir 19 – 21 tahun.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
2.3  Ciri –ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1.      Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.      Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3.      Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.      Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5.      Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

2.4  Periode Masa Remaja
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:
1.      Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a)      Masa Pra Pubertas usia 12-13 tahun: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
1)      Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
2)      Anak mulai bersikap kritis.
b)      Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
1)      Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya.
2)      Memperhatikan penampilan.
3)       Sikapnya tidak menentu/plin-plan.
4)      Suka berkelompok dengan teman sebaya.
c)      Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
1)      Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2)      Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
2.      Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a)      Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis.
b)      Mulai menyadari akan realitas.
c)      Sikapnya mulai jelas tentang hidup.
d)     Mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
2.5  Gejala yang Terjadi pada Masa Pubertas
Adapun gejala yang terjadi pada masa pubertas yang menandakan peralihan dari masa anak – anak ke masa remaja yaitu :
a)      Mimpi basah ( Day Dreaming )
Istilah mimpi basah,atau datang bulan, menandakan kematangan seorang remaja, mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang terjadi secara alamia, sperma ini di produksi oleh testis, yang merupakn salah satu organ reproduksi laki – laki, ketika alat reproduksi ini sudah mulai matur ( matang ) maka testis akan mulai berproduksi. Mimpi basah akan terjadi pada laki-laki berusia 9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar 2-3 minggu sekali.
b)      Emosionalitas
Emosionalitas remaja berada diantara emosionalitas anak-anak dan orang dewasa. Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan ( strum und drang periode ), dan juga berkembang beberapa jenis perasaan seperti : simpati, cinta, rindu, cemburu, bahagia dicinta dan mencintai
c)      Sikap tidak tenang
Suatu keadaan ketidak seimbangan emosi, dimana kebiasaan remaja ketika mengalami hal ini adalah, tidak bisa duduk atau berdiri dengan tenang dalam waktu yang lama,hal ini di sebabakan oleh tidak adanya control emosi, sehinga fisikpun merasakan agresifitas mentalnya. Manifestisinya kepada tingka laku,yaitu gelisah, banyak tingkah, mudah  berubah - ubah.
d)     Keinginan untuk bekerja
Keinginan untuk bekerja, di mana pada masa remaja sudah mulai di beri tanggung jawab untuk bekerja maka situasi seperti ini akan menjadi masalah, karena sebelumnya tidak terbiasa dengan pekerjaan serius.
e)      Keinginan untuk menyendiri
Anak pada masa perkembanganya terkadang membutuhkan space (tempat) untuk menyendiri,tidak berteman dan mengasingkan diri dari kelompoknya ketika dia bermasalah dengan dirinya sendiri atau bermasalah dengan teman sebayanya. Anak pada masa puberitas cenderung mengsingkan diri mana kala merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya atau (minder).
f)       Kurang percaya diri
Perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri, ciri kurang percaya diri:
1)      Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan (bersifat introfert).
2)      Selalu ragu dalam bertindak.
3)      Tidak dapat bersaing positif, seperti persaingan kepandaian, dan kegiatan lainnya.
Secara psikologi sikap kurang percaya diri dapat disebabkan oleh Overprotected, terlalu dibiarkan, perfeksionis, sering di kritik dan di kecewakan, mencontohi lingkungannya, dan percaya dengan ketidak mampuan. Adapun beberapa craa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurang percaya diri yaitu :
1)      Menciptakan definisi diri positif.
2)      Memperjuangkan keinginan yang positif.
3)      Mengatasi masalah secara positif.
4)      Memiliki model teladan yang positif.
g)      Merasa bosan
Adalah perasaan jemu atau mengalami hal-hal yang sama berulang ulang. Merasa jenuh dengan rutinitas yang di jalaninya sehari-hari terus menerus dengan kegiatan yang sama di sebabkan perubahan fisik dan psikis yang semakin hari semakin berkembang sehinga perubahan fisik yang tidak seimbang mempengaruhi psikis anak tersebut.
h)      Antagonisme sosial
Biasanya terjadi pada usia remaja 14 - 15 tahun sampai 17 – 18 tahun, percepatan pertumbuhan fisik sangat menonjol dan kematangan fungsi layaknya orang dewasa akan timbul dan juga belum yakin dengan kebutuhan otonomi sehingga remaja sering di hadapkan pada situasi frustrasi
i)        Rasa malu yang berlebihan
Rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan social seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang.
2.6  Aspek – aspek Perkembangan pada Masa Remaja
a)      Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
b)      Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme. Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang, salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi (cerita) itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil (karena perilaku seksual yang dilakukannya), atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya (saat mengendarai mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
c)      Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
1)      Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
2)      Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya.
2.7  Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
1)      Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
2)      Memperoleh peranan sosial.
3)      Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.
4)      Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
5)      Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri.
6)      Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.
7)      Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
8)      Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.
2.8  Pengertian Masa Adolesense
Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri.
2.9  Perubahan-perubahan Adolesense
Pada masa adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya:
1)      Cinta Diri
Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
Ada 2 jenis Cinta Diri:
1.      Cinta Diri Positif
a)      Terdiri dari kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada orang lain.
b)      Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan.
c)      Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap manusia lainya.
2.      Cinta Diri Negatif
Dimana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya.
Berdasarkan cinta diri, setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Dilema sosial dan egosentrisme ini tidak akan bisa diselesaikan oleh atau dinisbahkan kepada institusi sosial atau perangkat kekuasaan, karena keduanya produk sekawanan manusia yang masing-masing juga cinta diri.
2)      Fantasi Seksual
Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain, mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka (lawan jenis) di mata orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain, sehingga timbul yang di namakan rasa suka, ingin memiliki dan saling memuji. Bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan, maka tidak adanya hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini, akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.
Pada anak-anak gadis adolesens, unsur-unsur erotik itu lebih lama dihayatinya, jika dibandingkan dengan penghayatan anak laki-laki. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Fantasi-fantasi erotik pada anak laki-laki pada umumnya segera, dan disertai dengan proses-proses genital (genetalia = organ kelamin). Sebaliknya pada anak-anak gadis, mereka tidak begitu cepat mengerti bahwa alat kelaminnya itu juga merupakan alat pelaksana dari hasrat cintanya. Pada umumnya anak-anak gadis masih dapat membedakan antara-antara ketegangan psikis (oleh perasaan-perasaan psikis) dari ketegangan fisis sebagai akibat dari ketegangan pada organ kelaminnya, jika mereka melakukan masturbasi atau mengalami orgasme.
Pada masa adolesense ini setiap realitas (keaktifan real, kegiatan nyata) yang bisa memenuhi atau memuaskan keinginan–keinginan seksual, memang bisa merupakan bahaya bagi dirinya. Maka sebagai penggantinya ia melakukan repressi (menekan kedalam, mengendalikan) yaitu menekan gejolak – gejolak seksual dan ditransformasikan dalam bentuk fantasi atau pseudologi. Hal ini merupakan satu cara untuk melarikan diri dari dunia kenyataan sekarang ialah dengan cara memindahkan realisasi pemenuhan keinginan seksual pada masa yang akan datang didalam fantasi–fantasinya.
3)      Multiple Personality
Kepribadian ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau multiple personality. Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang  menghuni badan dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa, dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa.
Sakit jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya, tertawa sendiri, menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa, kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi. Contoh: rasa takut berlebihan, takut gelap, takut keramaian, takut laba-laba (secara berlebihan). Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa/batin yang keras dan lama. Penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama sekali.
4)      Psedoafektivitat
 Helena deutsh bahwa relasi emosional,dari identifikasi total,di sebut Psedoaktivitat, yang dapat menimbulkan gejala-gejala neorologis dan patologis.ada juga gadis-gadis adolesense yang berbakat intelektual tinggi yang tidak mampu mengendalikan macam-macam identifikasi dan tidak mampu membatasi wilayah identifikasinya ia sangat mudah terpengaruh oleh sugesti dari luar, sehingga ia sulit mendapatkan keseimbangan batin.
Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri sendiri dan lingkunganya. Contoh kongkritnya adalah :
a)      Peristiwa kawin cerai berulang kali.
b)      Prostitusi/ pelacuran.
c)      Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas.
d)     Petualangan cinta (ganti-ganti pacar).
Adakalnya identifikasi total ini mengakibatkan timbulnya pribadi majemuk di mana munculnya pribadi sendiri yang tidak sama dengan pribadi yang teridentifikasi, freud menanamkan gejala tersebut sebagai fenomena hidup. Proses identifikasi ini bisa berlangsung terhadap beberapa orang sehingga timbul perpecahan pribadi yang dikenal sebagai gejala majemuk pribadi.

2.10          Tipe-tipe Gadis Adolesense
                 Tipe-tipe gadis adolescentia diantaranya adalah sebagai berikut :
a)      Pelarian Diri
Pada beberapa anak gadis yang lebih tua atau lebih dewasa, usaha pelarian diri dari pemuasan gelora nafsu–nafsu seksualnya disubstitusikan dalam bentuk: pemilihan suatu profesi yang hakekatnya kurang ditekuninya atau mereka menggabungkan diri pada suatu kelompok ideologi politik atau pada satu partai religi agama.
b)      Energi Intelektual Tinggi
Seorang wanita atau gadis yang memiliki energi intelektual tinggi yang telah meninggalkan sama sekali kehidupan perasaaan dan fantasi seksual itu bisa mengakibatkan mengering atau menipisnya rasa kewanitaannya, dan jelas menghambat perkembangan fungsi–fungsi kewanitaannya. Dikemudian hari bisa menghambat fungsinya sebagai seorang ibu. Sekalipun ia cukup intelek dan perbuatan–perbuatannya secara normatif bisa dinilai sebagai luhur, juga dia sendiri bisa berkembang, namun pada hakekatnya tetap saja ia tidak dewasa.
c)      Energik dan Ambisius
Anak gadis yang energik dan amibisius, yang sanggup mendesakkan dorongan–dorongan seksualnya, dan susah payah bisa mencapai cita–cita intelektualnya itu pada umumnya banyak mengalami stagnasi pada kehidupan emosionalnya dan mereka dihinggapi kompleks–kompleksnya kejantanan yang tidak mapan. Pola identifikasi  lama yang terdapat pada anak–anak gadis lebih pekat melekat dan berlangsung dalam waktu yang lama pula.
d)     Rasa Malu Berlebihan
Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka itu akan menjadi masalah karena rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan sosial seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang.rasa malu juga merupakan kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu yang di sebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di gambarkan semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita rendah diri apabila orang tersebut kurang berharga dari pada dengan orang lain.
Di bawah ini beberapa cara menghilangkan rasa malu berlebihan:
1)      Kenalilah rasa malu itu,
2)      Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa malu.
3)      Ketika sedang mengalami rasa malu, amatilah reaksi tubuh kamu, apakah kamu merasa tidak nyaman, gelisah, serba salah, tangan gemetar atau reaksi fisik lainya.
4)      Kenalilah kelemahan kamu,
5)      Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Masa remaja adalah masa yang banyak mengalami perubahan untuk mempersiapkan segala tuntutan yang akan dihadapi di masa dewasa. Sedangkan Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Periode Masa Remaja adalah Periode Masa Puber usia 12-18 tahun, Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun. Aspek – aspek Perkembangan pada Masa Remaja adalah Perkembangan fisik, Perkembangan Kognitif , Perkembangan kepribadian dan sosial. Perubahan-perubahan Adolesense adalah Cinta Diri,fungsi seksual, Multiple Personality, Psedoafektivitat.

3.2  Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan adolosense menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon maaf,apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan.








DAFTAR PUSTAKA
F.J.Monk dkk.  psikologi perkembangan,Yogyakarta:Gadjah Mada University  Press,2004


Tidak ada komentar:

Posting Komentar