MAKALAH PSIKOLOGI
MASA REMAJA DAN MASA ADOLESENSE
Disusun
Oleh:
Irawati
Ratnasari (15150009)
PROGRAM
STUDY DIII KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikologi tentang Masa Remaja dan Masa Adolesense ini. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Demikian
yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon maaf. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta,
31 Maret 2016
Hormat
kami,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
.......................................................................................i
DAFTAR
ISI
.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang ....................................................................1
1. 2 Rumusan
Masalah
...............................................................1
1. 3 Tujuan
..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masa Remaja
......................................................3
2.2 Fase Remaja
.........................................................................3
2.3 Ciri –ciri Masa Remaja
........................................................4
2.4 Periode Masa Remaja
...........................................................5
2.5 Gejala yang Terjadi pada Masa Pubertas .............................6
2.6 Aspek – aspek Perkembangan pada Masa Remaja ..............8
2.7 Tugas perkembangan remaja ...............................................12
2.8 Pengertian
Masa Adolesense
...............................................12
2.9 Perubahan-perubahan Adolesense .......................................12
2.10
Tipe-tipe Gadis Adolesense
...........................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
...........................................................................16
3.2 Saran......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang banyak mengalami
perubahan untuk mempersiapkan segala tuntutan yang akan dihadapi di masa
dewasa. Sejalan dengan hal itu, masa remaja merupakan masa yang paling rawan
dalam pergaulan di mana emosi pada masa ini masih sangat labil. Para remaja
mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari
aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat yang pada
akhirnya akan menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan orang-orang yang
berada dekat dengan lingkungan hidupnya.
Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan
berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa
remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan
psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi,
maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan
psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut.
Sedangkan Anak gadis
pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang
tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang
dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana
remaja berusaha untuk mencari identitas diri.
1. 2 Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian masa remaja dan masa adolesense ?
2.
Apakah
ciri-ciri, periode dan gejala pada masa remaja ?
3.
Bagaimana perubahan-perubahan pada
masa Adolesense dan masa remaja ?
1. 3 Tujuan
1. Tujuan
Umum
Tujuan
umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui masa remaja dan masa adolesense.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui
pengertian masa remaja dan masa
adolesense.
b. Mengetahui
ciri-ciri, periode dan gejala pada masa remaja.
c.
Mengetahui Perubahan-perubahan pada masa Adolesense dan masa remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere
yang berarti to grow atau to grow maturity ( Golinko, 1984 dalam
Rice, 1990 ). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja antara lain:
a. Menurut
Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17
tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan
yang lebih mendekati masa dewasa.
b. Anna Freud
(dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan
cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan
orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti
sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan
masa dewasa sudah dicapai . Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu
berpikir secara abstrak.
2.2 Fase Remaja
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang
sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi. Masa remaja ini meliputi :
a. Masa
pra-remaja 10 – 12 tahun.
b.
Masa remaja awal 13 – 15 tahun.
c.
Masa remaja pertengahan 16 – 18
tahun.
d. Masa remaja
akhir 19 – 21 tahun.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang
sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
2.3 Ciri –ciri
Masa Remaja
Masa remaja
adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik
secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama
masa remaja.
1.
Peningkatan emosional yang terjadi
secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm &
stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan
emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda
dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan
pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak
jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik
yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja
merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang
terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
3.
Perubahan dalam hal yang menarik
bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal
yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal
menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung
jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga
terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis,
dan dengan orang dewasa.
4.
Perubahan nilai, dimana apa yang
mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah
mendekati dewasa.
5.
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen
dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan
kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
2.4 Periode Masa
Remaja
Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode
yaitu:
1. Periode Masa
Puber usia 12-18 tahun
a)
Masa Pra Pubertas usia 12-13 tahun:
peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
1)
Anak tidak suka diperlakukan seperti
anak kecil lagi.
2)
Anak mulai bersikap kritis.
b)
Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa
remaja awal. Cirinya:
1)
Mulai cemas dan bingung tentang
perubahan fisiknya.
2)
Memperhatikan penampilan.
3)
Sikapnya tidak menentu/plin-plan.
4)
Suka berkelompok dengan teman
sebaya.
c)
Masa Akhir Pubertas usia 17-18
tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
1)
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang
tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2)
Proses kedewasaan jasmaniah pada
remaja putri lebih awal dari remaja pria.
2.
Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan
masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
a)
Perhatiannya tertutup pada hal-hal
realistis.
b)
Mulai menyadari akan realitas.
c)
Sikapnya mulai jelas tentang hidup.
d)
Mulai nampak bakat dan minatnya.
Dengan
mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia
remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami
hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan
dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja
akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya.
2.5 Gejala yang
Terjadi pada Masa Pubertas
Adapun
gejala yang terjadi pada masa pubertas yang menandakan peralihan dari masa anak
– anak ke masa remaja yaitu :
a) Mimpi basah
( Day Dreaming )
Istilah mimpi basah,atau datang bulan, menandakan
kematangan seorang remaja, mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang
terjadi secara alamia, sperma ini di produksi oleh testis, yang merupakn salah
satu organ reproduksi laki – laki, ketika alat reproduksi ini sudah mulai matur
( matang ) maka testis akan mulai berproduksi. Mimpi basah akan terjadi pada
laki-laki berusia 9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar
2-3 minggu sekali.
b) Emosionalitas
Emosionalitas remaja berada diantara emosionalitas
anak-anak dan orang dewasa. Masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (
strum und drang periode ), dan juga berkembang beberapa jenis perasaan seperti
: simpati, cinta, rindu, cemburu, bahagia dicinta dan mencintai
c) Sikap tidak
tenang
Suatu keadaan ketidak seimbangan emosi, dimana
kebiasaan remaja ketika mengalami hal ini adalah, tidak bisa duduk atau berdiri
dengan tenang dalam waktu yang lama,hal ini di sebabakan oleh tidak adanya
control emosi, sehinga fisikpun merasakan agresifitas mentalnya. Manifestisinya
kepada tingka laku,yaitu gelisah, banyak tingkah, mudah berubah - ubah.
d) Keinginan
untuk bekerja
Keinginan untuk bekerja, di mana pada masa remaja
sudah mulai di beri tanggung jawab untuk bekerja maka situasi seperti ini akan
menjadi masalah, karena sebelumnya tidak terbiasa dengan pekerjaan serius.
e) Keinginan
untuk menyendiri
Anak pada masa perkembanganya terkadang membutuhkan
space (tempat) untuk menyendiri,tidak berteman dan mengasingkan diri dari
kelompoknya ketika dia bermasalah dengan dirinya sendiri atau bermasalah dengan
teman sebayanya. Anak pada masa puberitas cenderung mengsingkan diri mana kala
merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya atau (minder).
f) Kurang
percaya diri
Perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri,
ciri kurang percaya diri:
1)
Selalu menyendiri dan menarik diri
dari pergaulan (bersifat introfert).
2)
Selalu ragu dalam bertindak.
3)
Tidak dapat bersaing positif,
seperti persaingan kepandaian, dan kegiatan lainnya.
Secara psikologi sikap kurang percaya diri dapat
disebabkan oleh Overprotected,
terlalu dibiarkan, perfeksionis, sering di kritik dan di kecewakan, mencontohi
lingkungannya, dan percaya dengan ketidak mampuan. Adapun beberapa craa yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kurang percaya diri yaitu :
1)
Menciptakan definisi diri positif.
2)
Memperjuangkan keinginan yang
positif.
3)
Mengatasi masalah secara positif.
4)
Memiliki model teladan yang positif.
g) Merasa bosan
Adalah perasaan jemu atau mengalami hal-hal yang sama
berulang ulang. Merasa jenuh dengan rutinitas yang di jalaninya sehari-hari
terus menerus dengan kegiatan yang sama di sebabkan perubahan fisik dan psikis
yang semakin hari semakin berkembang sehinga perubahan fisik yang tidak
seimbang mempengaruhi psikis anak tersebut.
h) Antagonisme
sosial
Biasanya terjadi pada usia remaja 14 - 15 tahun sampai
17 – 18 tahun, percepatan pertumbuhan fisik sangat menonjol dan kematangan
fungsi layaknya orang dewasa akan timbul dan juga belum yakin dengan kebutuhan
otonomi sehingga remaja sering di hadapkan pada situasi frustrasi
i)
Rasa malu yang berlebihan
Rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan social
seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam
hidup dan kehidupan seseorang.
2.6 Aspek –
aspek Perkembangan pada Masa Remaja
a) Perkembangan
fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat
tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya
adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.
Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan
kemampuan kognitif.
b) Perkembangan
Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana
seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi
terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.
Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan
kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi
konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini
memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan
suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001).
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki
efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu
memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang
dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu
berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu
yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja
juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis.
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa
kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan
cara berpikir egosentrisme. Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah
“ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang, salah satu bentuk
cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan
pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi (cerita) itu tidaklah
benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta,
biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan
bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat,
yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta
sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan
“personal fable” sebagai berikut :
“Personal
fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh
hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri
(self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis
terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya
tidak mungkin hamil (karena perilaku seksual yang dilakukannya), atau seorang
remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya
(saat mengendarai mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs)
berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap
bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan
invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami
kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam
penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom,
dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki
keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang
dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa
ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri
(self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara
remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan
demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang
dewasa adalah sama.
c)
Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang
dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan
dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial
berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian
yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud
dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan
peran yang penting dalam hidup.
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di
luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman.
Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
1)
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan
diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok
teman sebaya (Conger, 1991).
2)
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi
pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Conger (1991)
dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya
merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang
berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa
yang bagus, dan sebagainya.
2.7 Tugas
perkembangan remaja
Tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
1)
Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.
2)
Memperoleh peranan sosial.
3)
Menerima kebutuhannya dan
menggunakannya dengan efektif.
4)
Memperoleh kebebasan emosional dari
orangtua dan orang dewasa lainnya.
5)
Mencapai kepastian akan kebebasan
dan kemampuan berdiri sendiri.
6)
Memilih dan mempersiapkan lapangan
pekerjaan.
7)
Mempersiapkan diri dalam pembentukan
keluarga.
8)
Membentuk sistem nilai, moralitas
dan falsafah hidup.
2.8 Pengertian Masa Adolesense
Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi/ peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan
aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang tergolong remaja ini
berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat
Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk
mencari identitas diri.
2.9 Perubahan-perubahan Adolesense
Pada masa
adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik
maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan
dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian.
Perubahan-perubahan tersebut di antaranya:
1)
Cinta Diri
Cinta diri
merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada
manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan
yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi
dan kepentingan umum. Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti,
karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun
dari dirinya. Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan
kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
Ada 2 jenis Cinta Diri:
1.
Cinta Diri Positif
a)
Terdiri dari kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada orang
lain.
b)
Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan.
c)
Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu
sendiri, menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian
terhadap manusia lainya.
2.
Cinta Diri Negatif
Dimana
seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang
lain dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di
sekelilingnya.
Berdasarkan cinta diri, setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan
pribadi di atas kepentingan umum. Dilema sosial dan egosentrisme ini tidak akan
bisa diselesaikan oleh atau dinisbahkan kepada institusi sosial atau perangkat
kekuasaan, karena keduanya produk sekawanan manusia yang masing-masing juga
cinta diri.
2)
Fantasi Seksual
Pada masa
ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu sama lain, mempunyai
perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka (lawan jenis) di mata
orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu
dengan yang lain, sehingga timbul yang di namakan rasa suka, ingin memiliki dan
saling memuji. Bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia
menyadari setiap tahap perkembangan, maka tidak adanya hambatan dalam dirimya
untuk melewati fase ini, akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak
melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau
ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.
Pada anak-anak gadis adolesens, unsur-unsur erotik itu lebih lama
dihayatinya, jika dibandingkan dengan penghayatan anak laki-laki. Hal ini
terutama disebabkan oleh adanya perbedaan anatomis. Fantasi-fantasi erotik pada
anak laki-laki pada umumnya segera, dan disertai dengan proses-proses genital
(genetalia = organ kelamin). Sebaliknya pada anak-anak gadis, mereka tidak
begitu cepat mengerti bahwa alat kelaminnya itu juga merupakan alat pelaksana
dari hasrat cintanya. Pada umumnya anak-anak gadis masih dapat membedakan
antara-antara ketegangan psikis (oleh perasaan-perasaan psikis) dari ketegangan
fisis sebagai akibat dari ketegangan pada organ kelaminnya, jika mereka
melakukan masturbasi atau mengalami orgasme.
Pada masa adolesense ini setiap realitas (keaktifan real, kegiatan nyata)
yang bisa memenuhi atau memuaskan keinginan–keinginan seksual, memang bisa
merupakan bahaya bagi dirinya. Maka sebagai penggantinya ia melakukan repressi
(menekan kedalam, mengendalikan) yaitu menekan gejolak – gejolak seksual dan
ditransformasikan dalam bentuk fantasi atau pseudologi. Hal ini merupakan satu
cara untuk melarikan diri dari dunia kenyataan sekarang ialah dengan cara memindahkan
realisasi pemenuhan keinginan seksual pada masa yang akan datang didalam
fantasi–fantasinya.
3) Multiple
Personality
Kepribadian
ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau multiple personality.
Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang menghuni badan
dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa, dalam
pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa.
Sakit jiwa
konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya, tertawa sendiri,
menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa,
kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu dan biasanya tidak
teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi. Contoh: rasa takut
berlebihan, takut gelap, takut keramaian, takut laba-laba (secara berlebihan).
Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh lingkungan
biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa/batin yang keras dan
lama. Penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh
penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri.akan terjadi
pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang
tidak menyadarinya sama sekali.
4) Psedoafektivitat
Helena deutsh bahwa relasi
emosional,dari identifikasi total,di sebut Psedoaktivitat, yang dapat
menimbulkan gejala-gejala neorologis dan patologis.ada juga gadis-gadis
adolesense yang berbakat intelektual tinggi yang tidak mampu mengendalikan
macam-macam identifikasi dan tidak mampu membatasi wilayah identifikasinya ia
sangat mudah terpengaruh oleh sugesti dari luar, sehingga ia sulit mendapatkan
keseimbangan batin.
Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri sendiri dan
lingkunganya. Contoh kongkritnya adalah :
a)
Peristiwa kawin cerai berulang kali.
b)
Prostitusi/ pelacuran.
c)
Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas.
d)
Petualangan cinta (ganti-ganti pacar).
Adakalnya identifikasi total ini mengakibatkan timbulnya pribadi majemuk di
mana munculnya pribadi sendiri yang tidak sama dengan pribadi yang
teridentifikasi, freud menanamkan gejala tersebut sebagai fenomena hidup.
Proses identifikasi ini bisa berlangsung terhadap beberapa orang sehingga
timbul perpecahan pribadi yang dikenal sebagai gejala majemuk pribadi.
2.10
Tipe-tipe
Gadis Adolesense
Tipe-tipe gadis adolescentia diantaranya
adalah sebagai berikut :
a)
Pelarian Diri
Pada beberapa anak gadis yang lebih tua atau lebih dewasa, usaha pelarian
diri dari pemuasan gelora nafsu–nafsu seksualnya disubstitusikan dalam bentuk:
pemilihan suatu profesi yang hakekatnya kurang ditekuninya atau mereka
menggabungkan diri pada suatu kelompok ideologi politik atau pada satu partai
religi agama.
b)
Energi Intelektual Tinggi
Seorang wanita atau gadis yang memiliki energi intelektual tinggi yang
telah meninggalkan sama sekali kehidupan perasaaan dan fantasi seksual itu bisa
mengakibatkan mengering atau menipisnya rasa kewanitaannya, dan jelas
menghambat perkembangan fungsi–fungsi kewanitaannya. Dikemudian hari bisa
menghambat fungsinya sebagai seorang ibu. Sekalipun ia cukup intelek dan
perbuatan–perbuatannya secara normatif bisa dinilai sebagai luhur, juga dia
sendiri bisa berkembang, namun pada hakekatnya tetap saja ia tidak dewasa.
c)
Energik dan Ambisius
Anak gadis yang energik dan amibisius, yang sanggup mendesakkan dorongan–dorongan
seksualnya, dan susah payah bisa mencapai cita–cita intelektualnya itu pada
umumnya banyak mengalami stagnasi pada kehidupan emosionalnya dan mereka
dihinggapi kompleks–kompleksnya kejantanan yang tidak mapan. Pola identifikasi
lama yang terdapat pada anak–anak gadis lebih pekat melekat dan
berlangsung dalam waktu yang lama pula.
d)
Rasa Malu Berlebihan
Setiap manusia haruslah
memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan salah satu control dalam
kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk
akal maka itu akan menjadi masalah karena rasa malu berlebihan akan menghambat
kehidupan sosial seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan
kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang.rasa malu juga merupakan
kombinasi dari kegugupan sosial dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah
diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu
yang di sebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di
gambarkan semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita rendah
diri apabila orang tersebut kurang berharga dari pada dengan orang lain.
Di bawah ini beberapa cara
menghilangkan rasa malu berlebihan:
1)
Kenalilah rasa malu itu,
2)
Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa malu.
3)
Ketika sedang mengalami rasa malu, amatilah reaksi tubuh kamu, apakah kamu
merasa tidak nyaman, gelisah, serba salah, tangan gemetar atau reaksi fisik
lainya.
4)
Kenalilah kelemahan kamu,
5)
Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Masa remaja
adalah masa yang banyak mengalami perubahan untuk mempersiapkan segala tuntutan
yang akan dihadapi di masa dewasa. Sedangkan Anak gadis
pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis, dan psikologi. Periode Masa Remaja adalah Periode Masa Puber usia 12-18 tahun, Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun. Aspek –
aspek Perkembangan pada Masa Remaja
adalah Perkembangan fisik,
Perkembangan Kognitif ,
Perkembangan kepribadian dan sosial. Perubahan-perubahan Adolesense adalah Cinta Diri,fungsi seksual, Multiple Personality, Psedoafektivitat.
3.2
Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja dan adolosense menimbulkan
berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami
konsekuensi perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan
tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai perawat
yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan atau
konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam masalah
yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon
maaf,apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
F.J.Monk dkk. psikologi
perkembangan,Yogyakarta:Gadjah Mada University Press,2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar